Nilai Filosofi Batik Cirebon
Kain
batik yang diidentikkan sebagai kain Nusantara kini berkembang menjadi menjadi
industri modern. Masuknya batik ke dalam industri modern menuntut para produsen
batik untuk dapat mengikuti perkembangan zaman yang sesuai dengan perkembangan
mode dan tuntutan pasar. Perkembangan batik dari tahun ke tahun semakin
menunjukkan dinamika yang beragam. Jika dulunya penggunaan batik sangat
dibatasi dan hanya boleh digunakan oleh keluarga kerajaan dan kraton tetapi
saat ini batik dengan maraknya digunakan oleh khalayak umum dalam kehidupan
sehari-hari.
Dengan
adanya perubahan-perubahan dari masa dulu hingga kini, ditinjau dari batik itu
sendiri sebenarnya merupakan hal yang positif, karena merupakan salah satu
upaya untuk menjaga eksistensi batik di zaman modern ini agar tetap lestari.
Namun, di sisi lain, bagaimana dengan nilai filosofi yang terdapat pada setiap
motifnya? Seberapa jauhkah kita sebagai warga Indonesia, sebagai konsumer batik
mengetahui dan mendalami nilai filosofi yang terkandung di dalamnya? Apakah
kita sebagai warga asli Indonesia menggunakan batik hanya untuk pelestarian dan
memperkenalkan batik ke mancanegara tanpa memperkenalkan dari segi nilai
filosofinya?.
Nah
dari berbagai macam batik yang terdapat di setiap provinsi di Indonesia, mari
kita bahas nilai filosofi yang ada pada batik khas dari Kota Cirebon. Dimulai
dari kota sendiri, Cirebon.
Yukkk
dimulai dari batik megamendung
Motif batik Megamendung merupakan salah satu
ciri khas batik Cirebon. Meskipun batik Megamendung terpengaruh oleh budaya
Cina tetapi dalam penuangannya secara fundamental berbeda. Motif Megamendung
Cirebon mengandung sarat makna religious dan filosofi.
Nilai-nilai
dasar dalam Megamendung adalah sebagai berikut :
a.
Nilai penampilan atau nilai wujud yang melahirkan benda seni. Nilai ini terdiri
dari nilai bentuk dan nilai struktur. Nilai bentuk yang bisa dilihat secara
visual adalah motif Megamendung dalam sebuah Batik Cirebon yang indah terlepas
dari penggunaan bahan berupa kain katun atau sutera. Sedangkan nilai struktur
adalah nilai yang dihasilkan dari bentuk-bentuk yang disusun secara rapi
berdasarkan nilai esensial. Bentuk-bentuk tersebut berupa garis-garis lengkung
yang disusun beraturan dan tidak terputus saling bertemu.
b. Nilai isi yang terdapat pada motif Megamendung bisa dilihat dari garis lengkung yan beraturan secara teratur dari bentuk garis lengkung yang paling dalam (mengecil) kemudian melebar keluar (membesar) menujukkan gerak yang teratur harmonis. Bisa dikatakn bahwa garis lengkung yang beraturan ini membawa pesan moral kehidupan manusia yang selalu berubah (naik dan turun) kemudian berkembang keluar untuk mencari jati diri (belajar/menjalani kehidupan sosial agama) dan pada akhirnya membawa dirinya memasuki dunia baru menuju kembali kedalam penyauan diri setelah melalui pasang surut (naik dan turun) dan pada akhirnya kembali ke asalnya (sunnatullah). Sehingga bisa kita lihat bentuk megamendung selalu terbentuk dari lengkungan kecil yang bergerak membesar terus keluar dan pada akhirnya harus kembali lagi menjadi putaran kecil namun tidak boleh terputus. Terlepas dari makna filosofi bahwa Megamendung melambangkan kehidupan manusia secara utuh sehingga bentuknya harus menyatu. Dilihat dari sisi produksi memang mengharuskan kalau bentuk garis lengkung megamendung harus bertemu pada satu titik lengkung berikutnya agar pada saat pemberian warna pada proses yang bertahap (dari warna muda ke warna tua) bisa lebih memudahkan.
b. Nilai isi yang terdapat pada motif Megamendung bisa dilihat dari garis lengkung yan beraturan secara teratur dari bentuk garis lengkung yang paling dalam (mengecil) kemudian melebar keluar (membesar) menujukkan gerak yang teratur harmonis. Bisa dikatakn bahwa garis lengkung yang beraturan ini membawa pesan moral kehidupan manusia yang selalu berubah (naik dan turun) kemudian berkembang keluar untuk mencari jati diri (belajar/menjalani kehidupan sosial agama) dan pada akhirnya membawa dirinya memasuki dunia baru menuju kembali kedalam penyauan diri setelah melalui pasang surut (naik dan turun) dan pada akhirnya kembali ke asalnya (sunnatullah). Sehingga bisa kita lihat bentuk megamendung selalu terbentuk dari lengkungan kecil yang bergerak membesar terus keluar dan pada akhirnya harus kembali lagi menjadi putaran kecil namun tidak boleh terputus. Terlepas dari makna filosofi bahwa Megamendung melambangkan kehidupan manusia secara utuh sehingga bentuknya harus menyatu. Dilihat dari sisi produksi memang mengharuskan kalau bentuk garis lengkung megamendung harus bertemu pada satu titik lengkung berikutnya agar pada saat pemberian warna pada proses yang bertahap (dari warna muda ke warna tua) bisa lebih memudahkan.
c.
Nilai pengungkapan yang ditampilkan oleh senimannya berupa proses Batik Cirebon
yang begitu indah dengan memberikan goresan lilin lewat alat yang dinamakan
canting terbuat dari bahan tembaga tipis yang dibentuk secara hati-hati
sehingga lilin panas yang melewati ujung canting bisa mengalir dengan lancar.
Paduan unsur warna yang harmonis dengan penuh makna bagi siapa yang melihatnya.
Unsur warna biru yang kita kenal dengan melambangkan warna langit yang begitu
luas, bersahabat dan tenang. Ditambah lagi dengan ada yang mengartikan bahwa
biru melambangkan kesuburan sebagai pembawa hujan. Warna batik Megamendung pada
awalnya selalu memberikan unsur warna biru diselingi dengan warna dasar merah
yang menggambarkan psikologi masyarakat pesisir yang lugas, terbuka, dan
egaliter.
Batik Banjar Balong yang memiliki tata susun
dengan posisi yang telah tertera pada bagian penjelasan memberikan konotasi
tentang keberadaan pohon hayat. Pohon hayat yang terdapat di tengah yang diapit
oleh kanan-kiri sepasang lar (motif garuda), samping atas kana-kiri dan
dilingkupi meru, menandakan akan keberadaan simbolisme pohon hayat yang terjaga
ketat.
Terdapat
dua simbolisme pohon hayat. Secara struktur motif pohon hayat yang tengah
melingkupi 6 motif pohon hayat memberikan konotasi filosofi tentang cermin
hubungan dan keseimbangan yang berlapis. Sehingga, motif pohon hayat ini perlu
dijaga secara mikrokosmos (batik kita yang terlukis sebagai pohon hayat pada
posisi tengah) dan secara makrokosmos (alam semester dan lingkungannya yang
terlukis sebagai pohon hayat bagian yang melingkari).
Pada
batik ini juga terdapat motif seekor burung garuda. Bentuk simbolik garuda ini
diilhami oleh mitos Hinduisme, yaitu burung garuda kendaraan Dewa Wisnu, Sang
Pemelihara Yang Bijaksana, namun ditampilkan dengan nuansa Islami. Secara
filosofi, bentuk garuda merupakan simbol keperkasaan, ketabahan, dan sikap
melindungi yang dilandasi dengan kebijaksanaan.
Tata susun batik Paksi Naga Liman ini tergolong
ke dalam bentuk mandala dalam tipe “Centering”. Secara konsep mandala empat
motif yang terdapat pada batik Paksi Naga Liman tersebut saling memberi energi
pada motif di tengah yaitu dilambangkan dengan motif pohon hayat. Pohon hayat
melambangkan sifat darma, memberi perlindungan dan kekuatan hidup sesuai dengan
energi ke empat motif tersebut. Filosofi bentuk binatang singa berkepala naga
dan singa berkepala gajah, memberi energi yang lebih dari sekedar kekuatan
singa, naga, dan gajah. Ketiga binatang yang mempunyai kekuatan maha besar
apabila dipadukan maka akan mempunya kekuatan yang lebih besar lagi. Maka dapat
dikonotasikan bahwa simbolisme singa berkepala naga dan singa berkepala gajah
akan mampu memberikan energi tentang perlindungan dalam kekuatan hidup. Dengan
kata lain, batik dengan corak ini merupakan simbol dari kekuatan kerajaan
Cirebon untuk mencapai sebuah kemakmuran.
Batik Macan Ali ini cukup memiliki
kesamaan yang hampir serupa dengan batik Banjar Balong. Keduanya memiliki tipe
motif yang hampir sama yang secara keseluruhannya memberikan satu-kesatuan pola
batik yang indah. Filosofi dan nilai dari batik ini pun juga hampir sama dimana
keberadaan pohon hayat sebagai simbolisme penyeimbang dan penghubung yang perlu
dijaga. Keberadaan hubungan secara vertikal antara batin kita dengan TuhanNya
dan keberadaan hubungan secara horizontal batin kita dengan alam semesta dan
lingkungannya.
Sebagai
masyarakat Indonesia yang baik, sudah menjadi kewajiban kita untuk melestarikan
karya seni Indonesia terutama kain batik. Dalam upaya melestarikan tersebut ada
banyak cara seperti menggunakan batik, memperkenalkan batik, dan mempelajari
proses pembuatan batik, dan lain lain agar warisan nusantara ini tidak di klaim
oleh negeri orang.