Selasa, 19 Juli 2016

Nilai Filosofi Batik Cirebon
Kain batik yang diidentikkan sebagai kain Nusantara kini berkembang menjadi menjadi industri modern. Masuknya batik ke dalam industri modern menuntut para produsen batik untuk dapat mengikuti perkembangan zaman yang sesuai dengan perkembangan mode dan tuntutan pasar. Perkembangan batik dari tahun ke tahun semakin menunjukkan dinamika yang beragam. Jika dulunya penggunaan batik sangat dibatasi dan hanya boleh digunakan oleh keluarga kerajaan dan kraton tetapi saat ini batik dengan maraknya digunakan oleh khalayak umum dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan adanya perubahan-perubahan dari masa dulu hingga kini, ditinjau dari batik itu sendiri sebenarnya merupakan hal yang positif, karena merupakan salah satu upaya untuk menjaga eksistensi batik di zaman modern ini agar tetap lestari. Namun, di sisi lain, bagaimana dengan nilai filosofi yang terdapat pada setiap motifnya? Seberapa jauhkah kita sebagai warga Indonesia, sebagai konsumer batik mengetahui dan mendalami nilai filosofi yang terkandung di dalamnya? Apakah kita sebagai warga asli Indonesia menggunakan batik hanya untuk pelestarian dan memperkenalkan batik ke mancanegara tanpa memperkenalkan dari segi nilai filosofinya?.
Nah dari berbagai macam batik yang terdapat di setiap provinsi di Indonesia, mari kita bahas nilai filosofi yang ada pada batik khas dari Kota Cirebon. Dimulai dari kota sendiri, Cirebon.
Yukkk dimulai dari batik megamendung
Motif batik Megamendung merupakan salah satu ciri khas batik Cirebon. Meskipun batik Megamendung terpengaruh oleh budaya Cina tetapi dalam penuangannya secara fundamental berbeda. Motif Megamendung Cirebon mengandung sarat makna religious dan filosofi.
Nilai-nilai dasar dalam Megamendung adalah sebagai berikut :
a. Nilai penampilan atau nilai wujud yang melahirkan benda seni. Nilai ini terdiri dari nilai bentuk dan nilai struktur. Nilai bentuk yang bisa dilihat secara visual adalah motif Megamendung dalam sebuah Batik Cirebon yang indah terlepas dari penggunaan bahan berupa kain katun atau sutera. Sedangkan nilai struktur adalah nilai yang dihasilkan dari bentuk-bentuk yang disusun secara rapi berdasarkan nilai esensial. Bentuk-bentuk tersebut berupa garis-garis lengkung yang disusun beraturan dan tidak terputus saling bertemu.
b. Nilai isi yang terdapat pada motif Megamendung bisa dilihat dari garis lengkung  yan beraturan secara teratur dari bentuk garis lengkung yang paling dalam (mengecil) kemudian melebar keluar (membesar) menujukkan gerak yang teratur harmonis. Bisa dikatakn bahwa garis lengkung yang beraturan ini membawa pesan moral kehidupan manusia yang selalu berubah (naik dan turun) kemudian berkembang keluar untuk mencari jati diri (belajar/menjalani kehidupan sosial agama) dan pada akhirnya membawa dirinya memasuki dunia baru menuju kembali kedalam penyauan diri setelah melalui pasang surut (naik dan turun) dan pada akhirnya kembali ke asalnya (sunnatullah). Sehingga bisa kita lihat bentuk megamendung selalu terbentuk dari lengkungan kecil yang bergerak membesar terus keluar dan pada akhirnya harus kembali lagi menjadi putaran kecil namun tidak boleh terputus. Terlepas dari makna filosofi bahwa Megamendung melambangkan kehidupan  manusia secara utuh sehingga bentuknya harus menyatu. Dilihat dari sisi produksi memang mengharuskan kalau bentuk garis lengkung megamendung harus bertemu pada satu titik lengkung berikutnya agar pada saat pemberian warna pada proses yang bertahap (dari warna muda ke warna tua) bisa lebih memudahkan.
c. Nilai pengungkapan yang ditampilkan oleh senimannya berupa proses Batik Cirebon yang begitu indah dengan memberikan goresan lilin lewat alat yang dinamakan canting terbuat dari bahan tembaga tipis yang dibentuk secara hati-hati sehingga lilin panas yang melewati ujung canting bisa mengalir dengan lancar. Paduan unsur warna yang harmonis dengan penuh makna bagi siapa yang melihatnya. Unsur warna biru yang kita kenal dengan melambangkan warna langit yang begitu luas, bersahabat dan tenang. Ditambah lagi dengan ada yang mengartikan bahwa biru melambangkan kesuburan sebagai pembawa hujan. Warna batik Megamendung pada awalnya selalu memberikan unsur warna biru diselingi dengan warna dasar merah yang menggambarkan psikologi masyarakat pesisir yang lugas, terbuka, dan egaliter.
Batik Banjar Balong yang memiliki tata susun dengan posisi yang telah tertera pada bagian penjelasan memberikan konotasi tentang keberadaan pohon hayat. Pohon hayat yang terdapat di tengah yang diapit oleh kanan-kiri sepasang lar (motif garuda), samping atas kana-kiri dan dilingkupi meru, menandakan akan keberadaan simbolisme pohon hayat yang terjaga ketat. 
Terdapat dua simbolisme pohon hayat. Secara struktur motif pohon hayat yang tengah melingkupi 6 motif pohon hayat memberikan konotasi filosofi tentang cermin hubungan dan keseimbangan yang berlapis. Sehingga, motif pohon hayat ini perlu dijaga secara mikrokosmos (batik kita yang terlukis sebagai pohon hayat pada posisi tengah) dan secara makrokosmos (alam semester dan lingkungannya yang terlukis sebagai pohon hayat bagian yang melingkari).
Pada batik ini juga terdapat motif seekor burung garuda. Bentuk simbolik garuda ini diilhami oleh mitos Hinduisme, yaitu burung garuda kendaraan Dewa Wisnu, Sang Pemelihara Yang Bijaksana, namun ditampilkan dengan nuansa Islami. Secara filosofi, bentuk garuda merupakan simbol keperkasaan, ketabahan, dan sikap melindungi yang dilandasi dengan kebijaksanaan.
Tata susun batik Paksi Naga Liman ini tergolong ke dalam bentuk mandala dalam tipe “Centering”. Secara konsep mandala empat motif yang terdapat pada batik Paksi Naga Liman tersebut saling memberi energi pada motif di tengah yaitu dilambangkan dengan motif pohon hayat. Pohon hayat melambangkan sifat darma, memberi perlindungan dan kekuatan hidup sesuai dengan energi ke empat motif tersebut. Filosofi bentuk binatang singa berkepala naga dan singa berkepala gajah, memberi energi yang lebih dari sekedar kekuatan singa, naga, dan gajah. Ketiga binatang yang mempunyai kekuatan maha besar apabila dipadukan maka akan mempunya kekuatan yang lebih besar lagi. Maka dapat dikonotasikan bahwa simbolisme singa berkepala naga dan singa berkepala gajah akan mampu memberikan energi tentang perlindungan dalam kekuatan hidup. Dengan kata lain, batik dengan corak ini merupakan simbol dari kekuatan kerajaan Cirebon untuk mencapai sebuah kemakmuran.
Batik Macan Ali ini cukup memiliki kesamaan yang hampir serupa dengan batik Banjar Balong. Keduanya memiliki tipe motif yang hampir sama yang secara keseluruhannya memberikan satu-kesatuan pola batik yang indah. Filosofi dan nilai dari batik ini pun juga hampir sama dimana keberadaan pohon hayat sebagai simbolisme penyeimbang dan penghubung yang perlu dijaga. Keberadaan hubungan secara vertikal antara batin kita dengan TuhanNya dan keberadaan hubungan secara horizontal batin kita dengan alam semesta dan lingkungannya.
Sebagai masyarakat Indonesia yang baik, sudah menjadi kewajiban kita untuk melestarikan karya seni Indonesia terutama kain batik. Dalam upaya melestarikan tersebut ada banyak cara seperti menggunakan batik, memperkenalkan batik, dan mempelajari proses pembuatan batik, dan lain lain agar warisan nusantara ini tidak di klaim oleh negeri orang.

Kain batik yang memiliki fungsi utama sebagai pakaian tidak hanya terbatas pada itu saja, melainkan bisa menjadi media pengetahuan dan pembelajaran bagi kita semua. Apalah artinya kita mengagumi dan mengagungkan sebuah karya seni tanpa mengerti makna, nilai filosofi yang terkandung di dalamnya.